
Pantun merupakan salah satu karya sastra lama asli Indonesia yang sudah dikenal dari zaman nenek moyang hingga saat ini. Ada banyak jenis pantun, salah satunya yaitu pantun jenaka. Pantun jenaka adalah pantun tentang hal-hal lucu yang membuat orang tertawa, senang, dan merasa terhibur.
Pantun sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Minangkabau yaitu patuntun yang artinya adalah penuntun. Nah, biar makin paham dengan apa itu pantun jenaka, ciri-ciri, dan contohnya, berikut ini penjelasan selengkapnya.
Pengertian Pantun Jenaka
Berdasarkan pengertiannya, pantun jenaka adalah salah satu jenis pantun yang berisi hal-hal lucu yang mampu menghadirkan tawa tujuannya untuk menghibur pendengarnya. Tidak hanya itu saja, jenis pantun jenaka juga dapat dipakai untuk saling sindir-menyindir.
Kegiatan saling sindir-menyindir dengan menggunakan pantun jenis ini tujuannya tidak untuk menyinggung, melainkan untuk saling mengakrabkan diri antar penutur. Ada beberapa fungsi dari pantun jenaka atau pantun lucu ini antara lain sebagai berikut.
- Menjadi media hiburan bagi orang-orang yang sedang dirundung kemalangan atau kesedihan.
- Menjadi saran dan media membangun keakraban antara penutur yang baru saja saling mengenal atau bertemu.
- Menjadi media penyampaian pesan moral yang efektif agar lebih mudah diterima oleh para pendengar atau audiens.
- Menjadi sarana untuk menyindir orang lain, namun tidak bertujuan untuk melukai perasaan mereka.
- Menjadi sarana pencair suasana ketika berkumpul bersama rekan, keluarga besar, atau kelompok masyarakat.
Selain pantun jenaka, ada beberapa jenis pantun lainnya yang mengandung pesan tersendiri sesuai kebutuhan, situasi, dan kondisi seperti pantun nasihat, pantun dagang, pantun agama, pantun percintaan, pantun teka-teki, pantun kepahlawanan, dan lain sebagainya.
Ciri Ciri Pantun Jenaka
Sama seperti jenis pantun pada umumnya, pantun jenaka/lucu juga memiliki karakteristik atau ciri khas berupa pola sajak a-b-a-b, terdiri dari 4 larik/baris dalam setiap baitnya di mana baris 1 dan 2 adalah sampiran, serta baris 3 dan 4 adalah isi.
Dalam setiap larik atau barisnya biasanya terdiri dari 8 hingga 12 suku kata atau silabel. Untuk menambah pemahaman mengenai pantun jenaka, berikut ini beberapa contohnya.
Contoh Pantun Jenaka
1. Ada semut mati dicekik
Sambil menggotong remukan gula
Ditanya malah tertawa terkikik
Baru tahu ternyata orang gila
2. Bermain air di pinggir kolam nila
Ada dua katak sedang berenang
Geli rasanya menahan tawa
Melihat kakak jatuh terjengkang
3. Beli buku di warung Bu Awa
Pulangnya mampir beli seruling
Sakit perutku karena tertawa
Gigi kakek meloncat ke atas piring
4. Main ke kebun lihat kepompong
Burung kecil terbang rendah sekali
Masih kecil kok sudah ompong
Ayo, aku ajak beli gigi
5. Pergi ke pasar Baru membeli jamu
Jamunya enak dari akar alang-alang
Sudah lama tidak mendengar kabarmu
Datang-datang hanya mau berhutang
6. Ramai-ramai nonton pawai
Pawainya ada di balai kota
Kesana kemari membawa gawai
Ternyata nggak punya kuota
7. Ada unta tidak punya punya punuk
Ada kaktus akarnya menjalar
Kamu itu tidak gemuk
Hanya badanmu sedikit besar
8. Beli sepatu di Toko Jaya
Ada warna merah dan juga abu
Jangan membawa hatimu saja
Tapi bawalah juga otakmu
9. Beli gula di warung Neng Atika
Di depan rumah ada sepatu usang
Aku tidak jago matematika
Tapi lihai menghitung uang
10. Bermain kincir di tengah lapangan
Kincir angin buatan Cak Seri
Anak kecil sudah berpacaran
Aku sudah tua masih sendiri
Penjelasan mengenai pantun jenaka adalah pantun yang lucu dan menghibur di atas bisa dijadikan sebagai referensi. Sebagai salah satu karya sastra asli Indonesia, pantun memang wajib dijaga dan dilestarikan agar eksistensinya tidak tersingkir oleh budaya dan sastra modern lainnya, ya.